Jumat, 17 April 2020

Rumah Tanpa Makna

Oleh : Hanifah Hafizh L

Berdiam ia di sudut ruang hampa
Memejam menikmati angin menerpa wajahnya
Membisu bersama resah juga gelisah
Ditemani hiruk pikuk tanya, yang tak kunjung menemui jawabannya
"Layakkah ini disebut rumah?"
"Bangunan kokoh ini tak pernah lagi ramah"

Rumah ini hampa, meski penghuninya tertawa
Rumah ini tak bermakna, penghuninya banyak menyimpan luka
Rumah ini mati, bersama hati didalamnya
Rumah ini tak lagi terasa sama

Ia dipaksa tuli ketika rungunya masih berfungsi
Ia dipaksa mengerti tapi tak pernah ada yang kembali memahami
Lengkung indah pada bibirnya tak pernah menutupi raut sendunya
Kata tak apa tak juga mengangkat bising di kepalanya
Manik mata dalamnya seolah menjelaskan segalanya
Ia mahir tertawa tapi tak lagi paham maknanya

Pekatnya malam tak kunjung menenangkan resah di hatinya
Ia kembali menyisipkan asa pada tiap kelopak kenanga
Meminta semesta menjadikannya nyata,
Tentang doa-doa yang diterbangkan ke angkasa
"aku ingin pulang", katanya
Tapi tak pernah ada yang sungguh menjadi rumahnya

Kembali, ia menyeru pada angin dan purnama
"Mengapa semesta tetap diam membisu,
Padahal paham jelas raut senduku?"
Namun, kesekian kalinya hanya sepi yang menjadi temannya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar